Senin, 17 Januari 2011

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEBIDANAN ABORTUS

LAPORAN PENDAHULUAN

ABORTUS

A. PENGERTIAN

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan(oleh karena akibat-akibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan ( saifudin AB dalam buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, 2006 hal 14 ).

Abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup hidup sendiri diluar uterus dan belum bisa di artikan apabila fetus ini beratnya terletak antara 400-1000 gram, atau usia kehamilan kurang dari 28minggu (Eastman edisi 2, hal 209).

Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500 gram
(Derek liewollyn dan jones 2002).

B. ETIOLOGI

Menurut prawirohardjo (2007) penyebab abortus dalam teori menyebutkan ada beberapa hal, diantaranya :

1.kelainan pertumbuhan hasil konsepsi

Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian atau cacat. Faktor yang menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan adalah sebagai berikut :

a. Kelainan kromosom, kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan ialah trisomi, poliploidi, dan kemungkinan pula kelainan kromosom seks.

b. Lingkungan sekitar kurang sempurna, apabila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi kurang sempurna sehingga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu.

c. Pengaruh dari luar, akibat dari radiasi, virus, obat-obatan, tembakau dan alkohol dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus, pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen.

2. kelainan pada placenta

Endarteritis dapat terjadi dalam villi koriales dan menyebabkan oksigenasi placenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini bisa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.

3. penyakit ibu

Penyakit mendadak seperti pneumonia,typus abdominalis,malaria dan lain-lain yang menyebabkan abortus,toksin, bakteri, viurus, atau plasmodium dapat melalui placenta masuk kejanin, sehingga menyebaban kematian janin dan kemudian terjadilah abortus. Anemia berat, keracunan, laparotomi, peritonitis umum dan penyakit menahun seperti brusellosis, toksoplasmis juga dapat menyebabkan abortus walaupun jarang.

4. kelainan traktus genitalis

Retroversio uteri, mioma uteri, atau kelainan bawaan uterus dapat menyebabkan abortus. Tetapi harus diingat bahwa hanya retroversio uteri gravidi inkarserata atau mioma submokusa yang memegang peranan penting. Sebab lain abortus trimester ke 2 ialah servik inkompeten yang dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan pada servik, dilatasi servik berlebih, konisasi, amputasi, atau robekan servik luas yang tidak di jahit.

C. PATOLOGI

Pada awal abortus, terjadi perdarahan dalam desidua basil, diikat dengan nekrosis jaringan disekitarnya yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus, kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu janin biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi kosiales belum menembus desidua secara mendalam. Sedangkan pada kehamilan 8-14 minggu villi kosiales menembus desidua secara mendalam , sehingga plasenta tidak terlepas dengan sempurna, karena itu banyak perdarahan. Pada kehamilan diatas 14 minggu setelah ketuban pecah, janin yang telah mati akan dikeluarkan dalam bentuk kantong amnian kosong dan beberapa waktu kemudian plasenta perdarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap. Peristiwa abortus ini menyerupai dalam bentuk minitur. ( prawirohardjo, S. 2002 )

Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk, ada kalanya kantong amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas (blightedovum), mungkin pula janin telah mati lama (missed abortion)

Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses mumifikasi. Janin mengering karena cairan amnion menjadi kurang oleh sebab di serap, ia menjadi agak gepeng (fetus compressus) dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis seperti kertas perkamen ( fetus papyraceus )

Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah terjadinya maserasi, kulit terkupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena terisi cairan dan seluruh janin berwarna kemerah-merahan.

D. JENIS-JENIS ABORTUS

1. Abortus Spontan

Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa intervensi luar (buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut dan kejadiaanya sekitar 15-30% dari seluruh kehamilan normal (pilliteri, 2002 :15) meliputi :

a. Abortus Imminens ( Abortus Mengancam )

- Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks

- Pengeluaran hasil konsepsi berupa darah yang disertai mules atau tanpa mules

- Pada abortus imminens ini, kehamilan masih dapat dipertahankan

- Terjadi perdarahan bercak yang menunjukan ancaman terhadap kelangsungan kehamilan.

- Diantara wanita yang mengalami perdarahan pada awal kehamilan itu kebanyakanya akan mengalami abortus, perdarahan pada abortus imminens sering sangat sedikit tetapi perdarahan tersebut dapat bertahan beberapa hari atau beberapa minggu. ( Batzofin dkk, 1984 : 580 )

b. Abortus Insipiens ( Abortus sedang berjalan )

- Abortus yang sedang berlangsung dan tidak dapat lagi dicegah, ditandai dengan terbukanya ostium uteri eksternum dan selain pendarahan ( Achadiat, 2004 : 22 )

- Perdarahan ringan hingga sedang pada kehamilan muda dimana hasil konsepsi masih berada dalam kavum uteri. Kondisi ini menunjukan proses abortus sedang berlangsung dan akan berlanjut menjadi abortus inkomplit atau komplit. ( Saifudin, 2006 : 22)

- Perdarahan pervaginam, dimana dapat timbul rasa nyeri didaerah perut bawah dan panggul, serviks mulai membuka dan hasil konsepsi menjulur ke kanalis serviks ( Moegni, 1987 : 22)

c. Abortus Inkomplit

- Pengeluaran sebagian janin pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus ( Prawirohardjo, 2002 : 23 )

- Perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagian hasil konsepsi telah keluar kavum uteri melalui kanalis servikalis. ( Saifudin, 2006)

- Proses abortus dimana sebagian hasil konsepsi telah keluar melalui jalan lahir

d. Abortus Komplit

- Proses abortus dimana keseluruhan hasil konsepsi telah keluar melalui jalan lahir ( Achadiat, 2004 : 24)

- Perdarahan pada kehamilan muda dimana seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan dari kavum uteri ( Saifudin, 2006)

2. Abortus Infeksius dan abortus septik

- Abortus Infeksius adalah suatu abortus yang telah disertai komplikasi berupa infeksi, baik yang diperoleh dari luar rumah sakit maupun yang terjadi setelah tindakan dirumah sakit.

- Abortus septik adalah suatu komplikasi lebih jauh dari pada abortus infeksius dimana pasien telah masuk dalam keadaan sepsis akibat infeksi tersebut. Angka kematian akibat abortus septik ini cukup tinggi ( sekitar 60% ) ( Achadiat, 2004 : 27 )

- Abortus infeksius adalah adanya abortus yang merupakan komplikasi dan disertai infeksi genetalia dan sering dikaitkan dengan tindakan abortus tidak aman sehingga menyebabkan perdarahan hebat.

- Abortus septik adalah abortus infeksius berat yang disertai pengeluaran kuman toksin, septik syok bakterial dan gagal ginjal akut.

3. Missed Abortio (retensi janin mati)

- Kehamilan yang tidak normal, janin mati pada usia kurang dari 20 hari dan tidak dapat dihindari ( James L. Lindsey, 2007 : 25 )

- Adanya retensi yang lama terhadap janin yang telah mati dalam paruh pertama kehamilan atau reternsi hasil konsepsi dalam uterus selama 8 minggu atau lebih, kejadiannya sekitar 2 % dari kehamilan (pilliteri, 2002 : 25)

- Perdarahan pada kehamilan muda disertai dengan retensi hasil konsepsi yang telah mati hingga 8 minggu atau lebih ( saifudin, 2006 : 26)

4. Abortus tidak aman ( unsafe abortion)

Upaya untuk terminasi kehamilan muda dimana pelaksanaan tindakan tersebut tidak mempunyai cukup keahlian dan prosedur standar yang aman sehingga dapat membahayakan jiwa pasien ( prawirohardjo, 2004)

5. Abortus Provokatus (induet abortion)

Adalah abortus yang terjadi akibat intervensi tertentu yang bertujuan untuk mengakhiri proses kehamilan , kebanyakan karena kehamilan yang tidak diinginkan, merupakan pengguguran kandungan disengaja, baik dengan obat-obatan maupun alat-alat meliputi 2 bagian dari abortus provokatus yaitu :

a. Abortus medisinalis ( abortus therapeutica)

Adalah abortus karena tindakan kita sendiri dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu ( berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu mendapatkan persetujuan 2 – 3 tim dokter ahli

b. Abortus kriminalis

Adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis

E. PENANGANAN KLINIS

1. Abortus Imminens

a. Tidak di perlukan pengobatan medik yang khusus atau tirah baring secara total

b. Anjurkan ibu untuk tidak melakukan aktivitas fisik secara berlebihan atau melakukan hubungan seksual

c. Bila perdarahan

- Berhenti : melakukan asuhan antenatal terjadwal dan penilaian ulang bila terjadi perdarahan lagi

- Terus berlangsung : nilai kondisi janin ( uji kehamilan USG), lakukan konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain (hamil ektopik atau mola)

- Pada fasilitas kesehatan dengan sarana terbatas , pemantauan hanya dilakukan melalui gejala klinis dan hasil pemeriksaan ginekologi

2. Abortus insipein

a. Dilakukan prosedur evakuasi hasil konsepsi

Bila usia gestasi ≤ 16 minggu, evakuasi dilakukan dengan aspirasi vakum manual (AVM) setelah bagian-bagian janin dikeluarkan. Bila usia gestasi ≥ 16 minggu evakuasi dilakukan dengan prosedur dilatasi dan kuretase (D x K )

b. Bila prosedur evakuasi tidak dapat segera dilaksanakan atau usia gestasi lebih besar dari 16 minggu , lakukan tindakan pendahuluan dengan :

- Infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml NS atau RL mulai dengan 8 tetes/menit yang dapat dinaikan hingga 40 tetes/menit, sesuai dengan kontraksi uterus hingga terjadi pengeluaran hasil konsepsi

- Ergometri 0,2 mg IM yang diulangi 15 menit kemudian

- Misopiostol 400 mg per oral dan apabila masih diperlukan dapat diulangi dengan dosis yang sama setelah 4 jam dari dosis awal

- Hasil konsepsi yang tersisa dalam kavum uteri dapat dikeluarkan dengan AVM atau D x K ( hati-hati resiko perforasi)

3. Abortus inkomplit

a. Tentukan besar uterus (taksir usia gestasi )kenali dan atasi setiap komplikasi ( perdarahan hebat, syok, infeksi/sepsis)

b. Hasil konsepsi yang terperangkap pada serviks yang disertai perdarahan hingga ukuran sedang dapat dikeluarkan secara digital atau cunam cavum,setelah itu evaluasi perdarahan

- Bila perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 400 mg per oral

- Bila perdarahan terus berlangsung, evakuasi sisa konsepsi dengan AVM dan D x K (pilihan tergantung dari usia gestasi, pembukaan serviks dan keberadaan bagian-bagian janin )

c. Bila tidak ada tanda-tanda infeksi, beri antibiotik profilaksis ( ampicilin 500 mg oral atau doksosiklin 100 mg)

d. Bila terjadi infeksi , beri ampicilin 1 gr dan metronidazol 500 mg setiap 8 jam

e. Bila terjadi perdarahan hebat dan usia gestasi di bawah 16 minggu segera lakukan evakuasi dengan AVM

f. Bila pasien tampak anemik, berikan sulfas fevosus 600 mg perhari selama 2 minggu ( anemia sedang), transfusi darah ( anemia berat )

Pada beberapa kasus, abortus inkomplit erat kaitannya dengan abortus tidak aman, oleh sebab itu perhatikan hal-hal berikut :

a. Pastikan tidak ada komplikasi berat seperti sepsis, perforasi uterus atau cedera intra-abdomen ( mual/muntah, nyeri punggung,demam, perut kembung,nyeri perut bawah, dinding perut tegang )

b. Bersihkan ramuan tradisional , jamu, bahan kosmetik,kayu atau benda-benda lainnya dari regio genitalia

c. Berikan bosfer tetanus toksoid 0,5 ml bila tampak luka kotor pada dinding vagina atau kanalis serviks dan pasien pernah imunisasi

d. Bila riwayat pemberian imunisasi tidak jelas, berikan serum anti tetanus ( ATS) 1500 unit IM diikuti dengan pemberian tetanus toksoid 0,5 ml setelah 4 minggu

e. Konseling untuk kontrasepsi pasca keguguran dan pemantauan lanjut

4. Abortus komplit

a. Apabila kondisi klien baik, cukup diberi tablet ermogetrin 3x1 tablet/hari untuk 3 hari

b. Apabila pasien mengalami anemia sedang, berikan tablet sulfas ferosus 600 mg/hari selama 2 minggu di sertai dengan anjuran mengkonsumsi makanan bergizi (susu, sayuran segar,ikan, daging,telur) untuk anemia berat berikan transfusi darah

c. Apabila tidak terdapat tanda-tanda infeksi tidak perlu diberikan antibiotika atau apabila khawatir akan infeksi dapat diberi antibiotik profilaksis

5. Abortus infeksiosa

a. Kasus ini berisiko tinggi untuk terjadi sepsis, apabila fasilitas kesehatan setempat tidak mempunyai fasilitas yang memadai, rujuk pasien kerumah sakit

b. Sebelum merujuk pasien, lakukan restorasi cairan yang hilang dengan Ns atau RL melalui infus dan berikan antibiotik ( misalnya ampicilin i gr dan metronidazol 500 mg)

c. Jika ada riwayat abortus tidak aman, beri ATS dan TT

d. Pada fasilitas kesehatan yang lengkap dengan perlindungan antibiotika berspektrum luas dan upaya stabilisasi hingga kondisi pasien memadai, dapat dilakukan pengobatan uterus sesegera mungkin ( lakukan secara hati-hati karena tingginya kejadian perforasi pada kondisi ini)

6. Missed abortion

Missed abortion seharusnya ditangani dirumah sakit atas pertimbangan :

a. Plasenta dapat melekat sangat erat didinding rahim, sehingga prosedur evakuasi (kuretase) akan lebih sulit dan resiko perforasi lebih tinggi

b. Pada umumnya kanalis servisis dalam keadaan tertutup sehingga perlu tindakan dilatasi dengan batang laminaria selama 12 jam

c. Tingginya kejadian komplikasi hipofibrinogenemia yang berlanjut dengan gangguan pembekuan darah ( prawirohardjo. 2002 )

F. KOMPLIKASI OBORTUS

1. Perdarahan ( hemorrahge)

2. Perforasi : sering terjadi sewaktu dilatasi dan kuretase yang dilakukan oleh tenaga yang tidak ahli seperti bidan dan dukun

3. Infeksi dan tetanus

4. Payah ginjal akut

5. Syok pada abortus disebabkan oleh :

a. Perdarahan yang banyak disebut syok hemorraghe

b. Infeksi berat atau sepsis disebut syok septik atau endoseptik ( Rustam mochtar,1998)

DAFTAR PUSTAKA

Anik, M. Dkk. (2009). Asuhan Kegawatdaruratan Dalam Kebidanan. Jakarta :

Trans info Media

Cunningham, dkk. (1989). Obsetrik. Jakarta : EGC

Prawirohardjo. S ( 2002). Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.

Jakarta : Bina Pustaka

Tidak ada komentar: